Senin, 01 Agustus 2016

ALL ABOUT MY FRIEND AND ME



Pada tahun 2011 tepatnya saya pertama kali menjejakkan kaki saya di halaman kampus yang bernama STIE GENTIARAS, dimana saya sama sekali tidak mengetahui sebenarnya kampus apa itu. Sampai suatu saat saya mengetahuinya dari almarhum ibu saya (yang menyarankan kuliah disana).

Tepatnya pada bulan September 2011 saya masuk kuliah……dan ternyata perkuliahan sudah dimulai sejak agustus. Alhasil, saya harus mengikuti MOMBA pada tahun berikutnya. Sedih tidak bisa bareng teman-teman seangkatan. Tapi setidaknya, dari situ saya memiliki beberapa teman yang seangkatan dengan saya, yang sama-sama tidak mengikuti MOMBA.

Dan ini angkatan MOMBA kami :

 

Pada saat pertama kuliah, saya merasa seperti seorang lelaki yang tampan, karena saya selalu dekat dengan banyak teman wanita di kampus. Mungkin karena saya lulusan dari Seminari (Sekolah Calon Pastor Katolik) dan mereka kebanyakan beragama yang sama dengan saya, jadi mereka merasa bahwa saya lebih dewasa dalam pikiran. Akan tetapi, saya merasa kami sama. Kami sama-sama menempuh dunia perkuliahan dalam satu angkatan dan tidak memandang berapapun usia dan siapapun masing-masing kami.

Dari semester 1 sampai semester 2, saya sangat akrab bersama dengan ivan Christian, Katarina Pipit, dan Dewi Sihaloho. Kami berempat terbiasa berjalan bersama, main bersama, dan kemana-mana selalu bersama. Kami bagaikan saudara dekat, sampai-sampai teman-teman kami mengatakan bahwa kami anggota BOY BAND karena kemana-mana selalu bersama sampai jaket pun kami sama.

Kemudian dari semester 3 kami berempat mulai berpisah karena masing-masing dari kami harus menjalani beberapa kelas yang berbeda, dan kami tidak seakrab awalnya. Hanya kami tetap berkomunikasi selama perkuliahan dan saat bermain bersama. Kemudian entah lupa semester berapa, Dewi tidak bisa melanjutkan perkuliahan dikarenakan menikah dengan pacarnya. Sehingga kamipun tinggal bertiga. Namun, setelah tidak ada Dewi, kami mempunyai tambahan amunisi. Orang-orang ini adalah sasmito aji dan fredy, yang dikenal sebutannya semasa SMA pepeng. Fredy tidak asing di mata saya karena dia memang teman akrab saya selama SMA. Dia pindah dari Sanata Dharma Jogja.

Ini penampakan mereka berdua :






Saat itu Ivan mulai malas kuliah dan beberapa saat tidak bisa bergabung bersama kami sampai akhirnya kami sangat jarang bertemu. Pada saat itu, saya sudah terbiasa bersama aji dan pepeng. Markas kami di samping kuburan, tepatnya di kosan saya, kosan yang sangat enak dan serba enak, sampai saat inipun saya harus meninggalkan kosan tersebut untuk melanjutkan karir saya dalam dunia kerja.

Kosan saya bagaikan surga bagi teman-teman yang datang. Tidur, maen kartu, maen game, catur dan beberapa hal lainnya. Sampai lulus, itulah markas kami.








Dalam dunia percintaan, kami bertiga memiliki karakter masing-masing. Akan tetapi kami saling support dan saling menasehati untuk memilih yang terbaik dari pacar-pacar kami yang telah kami lalui….(aseeekk josss).

Dimulai dari Sasmito aji. Dia terlibat dalam kisah cinta yang…………..rada memusingkan. Pertama, dia dekat dengan seorang wanita yang bernama rita. Saya masih kurang jelas apa yang terjadi dengan mereka. Sudah pacaran atau belum tidak jelas karena aji selalu menyembunyikan itu. Kedua, dia berpacaran dengan cewek bernama monic. Ini mungkin kisah cinta aji yang terindah selama bangku perkuliahan. Hanya saja cinta mereka terputus karena sesuatu hal yang mungkin berbeda cara pandang….. (sorry akang aji….gue kaga ada fotonya monic…hahaha)






Kemudian teman saya yang bernama pepeng. Dari pertama kuliah sampai sekarang dia masih kepincut dengan wanita bernama nita, manusia berkawat gigi. Terlibat skandal cinta pada pandangan pertama saat MOMBA, berlanjut sampai sekarang. Mereka baik-baik saja. Puji Tuhan teman saya ini bisa mendapatkan cinta sejatinya dan tidak seperti saat SMA yang disia-siakan wanita dan berujung pada “mabuk”.







Dan saya ????

Sedikit miris………..
Selama duduk di bangku perkuliahan, saya sudah pacaran beberapa kali. Itu saya akui karena memang bagi saya, pacaran itu menuju dalam tahapan seleksi. Saya ga mau dong pacaran hanya sekali. Pacaran boleh berkali-kali asalkan ujungnya hanya satu. Namun, saya ga nemu-nemu nih selama kuliah orangnya yang saya rasa cocok dijadikan lebih dari pacar.

Selama perkuliahan saya sibuk mengikuti banyak kegiatan kampus, karena bagi saya itu penunjang saya buat ke depannya. Nah, dari sini nih saya nemuin 1 cewek yang buat saya kadang-kadang frustasi. Gimana ga frustasi orang dia bikin saya klepek-klepek. Baru kali ini saya dalam hidup ngejerin cewek 4 tahun kaga dapet-dapet. Entah ada pelet apaan dia….hahahaha…kidding…

Nama cewek itu siska.yang baju putih ya, ntar salah yang suster lagi...hahaha




Dia partner saya dalam berbagai organisasi dan kegiatan. Dia ketua karintas dan saya sekretarisnya, dia sekretaris 1 dan saya sekretaris 2 dalam kegiatan seminar, dalam BEM pun kami jadi satu juga disana, termasuk beberapa kegiatan kampus yang tidak bisa diitung dengan jari kaki kalo lagi pake sepatu. Cuma selama 4 tahun saya si ga mujur bisa dapetin dia. Kami berdua dekat sudah seperti kenal lama, dia bercerita semua tentang dia dan saya juga sebaliknya. Sampe dia dari awal pacaran sama kakak tingkat pun saya masih ada “rasa” sama dia. Sampe mereka putus pun kami masih dekat sekali. Hingga saya “Ditolak” sekali maju lagi. Tapi………………….Mungkin memang bukan saya yang dia inginkan.

Namun dari dia ada hal yang membuat saya sadar bahwa yang namanya perasaan itu tidak bisa dipaksakan salah satunya. Dalam menemukan seorang “pacar” harus belajar yang namanya sabar, siap dikucilkan, siap ditertawakan, siap disorak-sorak teman, dan yang pasti siap untuk tidak diterima cintanya (kalo kaga mujur).

Tak doain dia sehat disana, bahagia disana dan sudah menemukan orang yang benar-benar sayang sama dia. Semoga sukses.

Sekilas kenangan, memori dunia kuliah.... :)

Minggu, 12 Juni 2016

"AKUPUN TAK TAHU"

Tuhan... selamat pagi...........
Aku tak tahu di surga sedang musim apa, penghujan atau kemaraukah? Ataukah mungkin sekarang sedang turun salju? Pasti indah. Kalau boleh berbincang sedikit, aku belum pernah melihat salju. Mungkin, kalau aku sudah cukup dewasa dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri, aku akan bisa menyaksikan salju, dengan mata kepalaku sendiri. 
Aku tahu Kamu tak pernah sibuk. Aku tahu Kamu selalu mendengar isi hatiku meskipun Kamu tak segera memberi pukpuk di bahuku. Aku tak perlu curiga padaMu, soal Kamu mendengar doaku atau tidak. Aku percaya telingaMu selalu tersedia untuk siapapun yang percaya padaMu. Aku yakin pelukanMu selalu terbuka bagi siapapun yang lelah pada dunia yang membuatnya menggigil. Aku mengerti tanganMu selalu siap menyatukan kembali kepingan-kepingan hati yang patah.
Masih tentang hal yang sama, Tuhan. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia. Seseorang yang selalu kuperbicangkan sangat lama bersmaMU. Seseorang yang selalu kusebut dalam setiap kesah ketika aku bercakap panjang denganMu di dalam doaku.
Aku sudah tahu, perpisahan yang Kau ciptakan adalah sesuatu yang terbaik untukku. Aku mengerti kalau Kamu sudah mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik darinya. Tapi... bukan berarti aku harus absen menyebut namanya dalam doaku bukan?
Sungguh... aku tak pernah ingin dia merasakan sakit seperti yang kurasakan, Tuhan. Aku tak pernah tega melihat kecintaanku terluka seperti luka yang belum juga kering di dadaku. Aku hanya ingin kebahagiaannya terjamin olehMu, dengan atau tanpaku.
Tolong kali ini jangan tertawa, Tuhan, dadaku sesak ketika tahu semua berlalu begitu cepat. Aku memang tak habis pikir. Padahal, aku sedang menikmati perasaan bahagia yang meletup pelan-pelan itu. Bukannya ingin berpikiran negatif, tapi ternyata setiap manusia punya topengnya masing-masing. Ia berganti-ganti peran sesukanya. Sementara aku belum cukup cerdas untuk mengerti wajah dan kenampakan aslinya. Aku hanya melihat segala hal yang ia tunjukkan padaku, tanpa pernah tahu apa yang sebenarnya ada dalam hatinya.
Aku tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang, apa yang ia lakukan sekarang? Aku yakin dia pasti bahagia, karena aku yakin kau selalu menjaganya untukku. 
Permintaan yang sama seperti kemarin, Tuhan. Jagalah kebahagiaannya untukku. Bahagiakan dia untukku. Senyumnya adalah segalanya yang kuharapkan. Bahkan, aku rela menangis untuknya agar ada lengkungan senyum di bibirnya. Aku ingin lakukan apapun untuknya, tanpa melupakan rasa cintaku padaMu. Aku memang tak menyentuhnya. Tapi... dalam jarak sejauh ini, aku bisa terus memeluknya dalam doa.
Pernah terpikir agar aku bisa terkena amnesia dan melupakan segala sakit yang pernah kurasa. Agar aku tak pernah merasa kehilangan dan tak perlu menangisi sebuah perpisahan. Rasanya hidup tak akan terlalu rumit jika setiap orang mudah melupakan rasa sakit dan hanya mengingat rasa bahagia. Namun... aku tahu hidup tak bisa seperti itu, Tuhan. Harus ada rasa sakit agar kita tahu rasa bahagia
Aku memang tak perlu meratap, karena Ia pasti telah menemukan dunia baru yang indah dan menyenangkan. Aku turut senang jika hal itu benar, kembali pada bagian awal, Tuhan. Aku tak pernah ingin dia merasakan sakitnya perpisahan, seperti yang aku rasakan.