Ketika Cinta Harus Memilih
Dah lama
bener kayaknya kaga mampir di blog, . ..
Kangen
sama tulisan-tulisan buah karya tangan ini, . . .
Temen-temen,
ga nyangka yah kalo yang namanya cinta itu bisa mengubah banyak hal dalam hidup
kita, termasuk perbuatan dan tingkah laku kita. Terkadang kita egois dan
mengikuti keinginan diri sendiri, namun saat kita sedang jatuh cinta, dunia
seakan jadi milik berdua yang laen ngontrak.
Ini dia
kenyataan yang kudu saya terima karena saya mempunyai 2 hati yang berbeda.
Memilih di Antara Dua Pilihan, atau Tidak Sama Sekali
Ketika Anda dihadapkan
pada dua pilihan yang sulit, dua insan yang ada disamping Anda, manakah yang
akan Anda pilih?
Di satu sisi ada
seseorang yang sangat menarik yang menyukai Anda. Anda pun juga menyukainya. Ia
menyenangkan, pintar, mudah membuat Anda tertawa, dan yang terpenting, ia bisa membuat Anda merasakan getaran-getaran menggelitik di
dada Anda setiap kali Anda mendengar suaranya di telepon, atau sekedar menerima
sms “kamu lagi apa?” darinya. Singkatnya, Anda tahu dengan sepenuh hati bahwa
Anda jatuh cinta padanya.
Sayangnya, Anda tahu
bahwa sekalipun Anda mencintainya, dengan rasionalitas yang sempurna Anda
menyadari bahwa ia bukanlah orang yang tepat untuk menjadi pasangan Anda. Ia keras kepala seperti Anda, senang berdebat sama
halnya Anda, perokok sejati sementara Anda sangat perokok, dan yang paling utama, Anda tak yakin ia adalah orang
yang mampu menjadi istri bagi Anda dan
anak-anak Anda kelak.
Di sisi lain ada seseorang yang ramah, baik, sangat sopan, sangat sabar, bertanggung jawab, dan sangat layak menjadi istri bagi sebuah keluarga. Dengan rasionalitas yang sempurna Anda tahu bahwa ia adalah orang yang layak untuk menjadi istri Anda. Namun saya rasa Anda tahu apa yang akan saya katakan. Anda tak pernah merasakan getaran-getaran menggelitik di dada Anda.
Di sisi lain ada seseorang yang ramah, baik, sangat sopan, sangat sabar, bertanggung jawab, dan sangat layak menjadi istri bagi sebuah keluarga. Dengan rasionalitas yang sempurna Anda tahu bahwa ia adalah orang yang layak untuk menjadi istri Anda. Namun saya rasa Anda tahu apa yang akan saya katakan. Anda tak pernah merasakan getaran-getaran menggelitik di dada Anda.
Anda menghormatinya,
mengaguminya, tapi Anda hanya merasakan kehampaan setiap kali ia berada di
dekat Anda. Anda tidak mencintainya.
Dihadapkan pada dua
pilihan seperti itu, yang manakah yang akan Anda pilih?
Seandainya Anda bisa menggabungkan satu bagian yang membuat Anda jatuh cinta pada orang yang pertama dan satu bagian lagi dari orang kedua yang menjadikannya layak untuk menjadi istri Anda, saya yakin pertanyaan seperti ini tak perlu terlontar.
Setiap insan selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Itu adalah paket yang tak terpisahkan dalam diri setiap manusia. Pertanyaannya adalah, bisakah Anda menerima tak hanya kelebihan itu, namun juga kekurangan yang menyertainya?
Terkadang kita harus berkompromi, menerima sebagian dari kekurangan yang ada pada diri orang lain, dan memperbaiki sebagian lain dari kekurangan itu. Ia mentolerir kemauan Anda, dan Anda pun mentolerir apa adanya ia. Itulah kondisi yang ideal.
Seandainya Anda bisa menggabungkan satu bagian yang membuat Anda jatuh cinta pada orang yang pertama dan satu bagian lagi dari orang kedua yang menjadikannya layak untuk menjadi istri Anda, saya yakin pertanyaan seperti ini tak perlu terlontar.
Setiap insan selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Itu adalah paket yang tak terpisahkan dalam diri setiap manusia. Pertanyaannya adalah, bisakah Anda menerima tak hanya kelebihan itu, namun juga kekurangan yang menyertainya?
Terkadang kita harus berkompromi, menerima sebagian dari kekurangan yang ada pada diri orang lain, dan memperbaiki sebagian lain dari kekurangan itu. Ia mentolerir kemauan Anda, dan Anda pun mentolerir apa adanya ia. Itulah kondisi yang ideal.
Tapi masalahnya, belum
tentu Anda bersedia melakukan itu. Entah karena Anda memang hanya ingin memilih
seseorang yang memenuhi ekspektasi Anda -seseorang yang tak hanya bisa membuat
Anda jatuh cinta namun juga layak menjadi suami Anda- dan tak mau menurunkan
standar yang Anda tetapkan, atau karena Anda merasa memang pilihan tak harus
Anda jatuhkan sekarang...
Apapun itu, ketika
pilihan belum dijatuhkan, maka jodoh pun akan tetap masih menjadi suatu
tanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar