Malam ini masihlah sunyi, aku masih berharap pendar cahaya bintang
mampu meramaikan. Namun kosong. Gelap. Tak setitikpun cahaya kutemukan.
Kembali kulangkahkan kaki memasuki kamar. Kucari ponselku dan berharap
namamu akan muncul. Namun kosong.
Aku bertanya dalam hati, mengapa kamu berubah dalam seminggu ini. Kamu mulai menjauh kembali dariku dan kembali membuatku bertanya-tanya. Ternyata kamu sedang mencari kesalahanku. Kesalahan yang mungkin bukan karenaku bersalah, namun karena pemikiranmu yang hanya membawa 2 sisi keping uang logam yang sebenarnya ada 3 sisi.
Sejenak aku berpikir. Apabila kepergianmu adalah pasti, maka
kesiapanku adalah wajib. Sakit itu hanya awal. Aku hanya perlu berdiri,
membangun yg sudah roboh. Waktu akan sangat berpihak padaku. Meskipun
mimpi masih terlihat indah.
Bukan hal yg tidak pasti apabila kamu suatu saat akan pergi. Namun
aku hanya manusia. Bukan Tuhan yg memilikimu seutuhnya. Andai saja..
Cinta. Hal yg kamu pernah beri dan hadirkan di hidupku kala itu.
Kala semua masih terasa semu, tanpa ada luka atau bahagia. Masih datar.
Kamu hadir, ajarkan aku tentang bagaimana mencintai dan dicintai.
Tentang terluka dan melukai. Tentang bersama dan kehilangan.
Masih
hangat terasa ketika pertama kali kamu dekatkan tubuhku didekapmu. Masih
sangat kuingat tentang hebatnya takdir Tuhan menemukan kita. Memberi
celah untuk bersama. Membukakan jalan untuk berdua. Dan menunjukkan
lorong untuk berpisah. Kamu sudah tidak disini, tidak lagi bersamaku,
tidak lagi dihariku. November itu, saat hujan menjadi saksi mengenai
aku, mengenai kita.
Itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Mimpi yang tak kunjung datang menghampiri.
Ketika ku terbangun, aku hanya terpaku pada satu sosok yang tak kunjung datang menghampiri. Dimana dirimu? Dimana orang yang aku sayang? Dimana dan dimana kamu sekarang?
Luka terkadang memang perih, namun luka dapat disembuhkan. Seperti aku, hanya akan disembuhkan dengan ketulusan cintamu, cinta yang tak terbagi dan tak ternilai harganya dengan apapun.
Masih teringat dengan jelas bayang yang selalu menghantui pikiranku.
Kamu. . . . .
Kamu adalah mentari di pagi hariku, cahaya terang di malamku dan bunga dalam mimpiku.
Kapankah kamu datang dan berkata,"Aku disini akan selalu menemani perjalanan panjang kisahmu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar