Suatu hari di ujung utara hutan
belantara, seekor merpati tampan mendapati seekor merpati betina lagi
menangis tersedu. Merpati tampan pun bertanya, mengapa ia menangis?
Merpati yang tengah bersedih itu mengatakan, ia telah melakukan
perjalanan jauh dari selatan hingga ke utara, tapi ia masih belum juga
menemukan cinta sejatinya. Sekarang sepasang sayapnya telah patah. Ia
tak lagi dapat terbang, melakukan perjalanannya mencari cinta sejati.
Mendengar perihal itu, segera sang merpati jantan, memberikan sepasang
sayapnya kepada sang merpati betina. Merpati betina itu sangat
bergembira. Dia berjanji setelah menemukan cinta sejatinya, ia akan
kembali untuk mengembalikan sepasang sayap itu.
Setelah beberapa musim berganti, sang
merpati pencari cinta sejati itu kembali menemui sang merpati tampan
dalam keadaan muram, di tempat awal mereka berjumpa. Merpati jantan itu
memang sudah tidak dapat berpergian jauh, setelah ia kehilangan sepasang
sayapnya.
Sang merpati jantan itu pun lantas
kembali bertanya kepadanya, mengapa ia bersedih? Merpati betina itu
mengatakan, mungkin ia tidak dapat menemukan cinta sejatinya lantaran
bulu-bulunya telah usang, terkikis debu, akibat melakukan perjalanan
panjang. Ia harus kembali menjadi cantik kembali agar lekas menemukan
cinta sejatinya.
Mendengar perihal itu sang merpati
tampan memberikan seluruh bulunya kepada sang merpati betina. Dia pun
sangat bergembira. Dia berjanji apabila ia sudah menemukan cinta
sejatinya ia akan kembali untuk mengembalikan sayap dan bulu-bulu itu
kepada sang merpati jantan. Kali ini dengan penuh keyakinan ia kembali
melakukan perjalannya mencari cinta sejati.
Memang benar, ia mendapati banyak
merpati-merpati jantan menyukainya kerena bulunya yang sangat elok dan
memesona. Lantaran bulu-bulu yang sekarang menyelimuti tubuhnya bukan
bulu-bulu aslinya maka ia pun tidak bertahan lama, setiap hari ia
mendapati bulu-bulunya berguguran. Merpati jantan yang semula
menyukainya pun akhirnya meninggalkannya, setelah menemukan merpati
betina lainnya yang memiliki bulu lebih indah.
Setiap kali ia dicampakan oleh
merpati-merpati jantan yang menyinggahi hatinya. Ia kembali mencari
merpati jantan lainnya yang akan benar-benar menjadi cinta sejatinya,
tapi sesering itu pula ia dikecewakan.
Sambil bertengger di sebilah dahan
pohon, ia merenungi perjalanan pencarian cinta sejatinya selama ini. Ia
melihat, kini semua bulu-bulu yang ada ditubuhnya telah berguguran.
Sekarang sudah tidak ada lagi merpati jantan yang meliriknya. Aliih-alih
makian dan hinaan yang didapatinya.
Dalam keputusasaan itu, ia kembali
teringat akan janjinya kepada sang merpati jantan di tengah hutan
belantara. Ia telah lama melupakannya. Merpati yang baik itu pasti telah
lama menunggu kepulangannya.
Ia pun kembali menemui sang merpati
baik itu. Ia akan mengembalikan sepasang sayap dan meminta maaf bahwa ia
tak dapat mengembalikan bulu-bulunya yang telah hilang. Tapi di tempat
itu, ia tak disambut senyum hangat sang merpati jantan seperti biasanya.
Ia menemukan tubuh sang merpati jantan terbujur kaku. Sambil menangis
sang merpati betina itu membaca tulisan yang diukir oleh sang merpati
jantan di atas sebuah batu, di sebelah ia berbaring untuk
selama-lamanya.
“Aku sama sekali tidak merasa
kehilangan, tanpa sepasang sayapku. Aku tidak menyesal jika harus mati
kedinginan, di musim salju ini. Aku telah berbahagia, merpati cantik itu
mungkin telah bertemu dengan cinta sejatinya.”
Ya…. aku telah menemukannya, bahkan sejak lama….. kata merpati betina itu seraya meneteskan air mata….
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Berapa banyak dari mencari cinta
sejati hingga ke ujung dunia, padahal cinta sejati itu telah lama berada
di samping kita. Ketika kita terlambat menyadarinya, kita pun akan
mendapatkan kehilangan terbesar dalam cinta, bukanlah karena orang yang
paling kita cintai pergi meninggalkan kita untuk selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar