"Entah mengapa, perlakuan kasarmu masih
terlihat lemah lembut di mataku"
Aku selalu kehilangan kamu, lalu
kembali menemukanmu. Maksudku, apakah kamu tak bisa benar-benar tetap tinggal?
Sehingga saat aku membutuhkanmu maka aku tak perlu lagi mencarimu, maka aku tak
perlu lagi repot-repot menunggumu untuk meninggalkan kesibukanmu.
Aku selalu bersabar dengan sikap dan
tindakanmu, ketika kamu bahkan tak pernah ada disaat seseorang bertanya siapa
seseorang yang menjadi sandaran hatiku saat ini. Aku selalu menunggumu ketika
kamu bahkan tak akan kembali hari itu. Sebegitu tak berhargakah aku di matamu? Sebegitu tak bernilaikah aku di
hidupmu?
Aku tidak pernah berkata BOSAN dan MALAS dengan sikapmu. Aku tak pernah berkata
LELAH dengan
semua perlakuanmu. Tapi, mengapa kauselalu berkata BOSAN, MALAS, dan LELAH dengan sikapku? Apakah dari semua
kesabaran dan keikhlasanku ada hal tersembunyi yang membuatmu resah dan risih?
Yang membuatmu tak ingin ditunggu dan tak ingin diharapkan lagi. Aku hanya ingin
meminta sedikit saja pengertianmu, sedikit saja perhatianmu agar kautetap
menganggapku ada, seperti aku yang selalu menganggapmu ada.
Aku tahu, mungkin kesibukanmu telah mengubah cara berpikirmu, yang juga
ikut mengubah perasaanmu. Mungkin, kamu tidak lagi mengharapkanku seperti dulu.
Mungkin, aku
bukan siapa-siapa lagi di hatimu. Dan, kemungkinan yang tidak pernah
ingin kuketahui bahwa kamu tak ingin lagi diingatkan agar tidak telat makan
olehku, bahwa kamu tak ingin lagi diperhatikan kesehatannya serta pola makannya
olehku, bahwa kamu tak ingin lagi membagi semua kesedihan dan kebahagiaanmu
untukku satu-satunya.
Ternyata, kata BOSAN itu sangat berpengaruh dalam suatu hubungan
pendekatan, seiring berjalannya waktu, seiring dengan datangnya orang-orang baru di
lingkunganmu sehingga sedikit demi sedikit mereka telah menggantikan tugas wajibku
untuk memerhatikan dan mencoba mengerti keinginanmu.
Kamu yang
sekarang, kamu yang telah berubah, kamu yang tak lagi aku kenal.
Tahukah kamu bahwa aku masih saja meminta Tuhan agar terus menjagamu? Tahukah kamu bahwa aku berkali-kali mengucap
namamu dalam setiap doaku? Meskipun berkali-kali Tuhan
memperingatkan bahwa "kasih
itu lemah lembut" tapi entah mengapa semua perlakuan kasarmu
menjadi sesuatu yang masih terlihat lemah lembut dimataku.
Entah karena
hatiku yang mulai buta, atau karena aku yang terlalu
terbiasa kausakiti.
Mungkin..
aku terlihat biasa saja..
aku tertawa, tersenyum..
seperti tidak ada yang menjanggal..
aku terlihat biasa saja..
aku tertawa, tersenyum..
seperti tidak ada yang menjanggal..
tapi, apakah kau tau??
satu hal yang mungkin tak pernah bisa ku tepis..
satu rasa yang masih tersemat..
kau tahu??
aku mencintaimu..
ketika kamu memutuskan untuk saling menjauh
menjaga jarak, dan bersabar dalam cinta.
aku sedih.
aku sakit.
kenapa??
karena aku takut ini berakhir..
aku takut kau pergi..
pengalaman pahit yang pernah kurasakan..
menambah gelisah perasaanku..
aku lebay yah??
tapi inilah yang kurasakan.
hemm...
aku akan menunggumu..
tapi inilah yang kurasakan.
hemm...
aku akan menunggumu..
kau dengar itu??
aku akan menunggumu..!
aku harap suatu saat..
ketika semua impian kita terpenuhi..
kau sudi menengok kebelakang..
mengingat yang pernah terjadi..
antara kita..
dan mau menggenggam tanganku lagi seperti dulu..
aku terlalu muluk ya??
maaf kalau begitu.
tapi sungguh.. itu yang ku inginkan..
okelah, terserah kau saja..
tapi, aku masih berharap.
aku akan tetap menunggu ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar