Pernah ada seorang teman bertanya
seperti ini, "Kamu lebih memilih untuk dicintai atau mencintai?". Saya
terdiam sesaat, merenung, dan kemudian dengan mantap menjawab, "Saya
lebih memilih untuk mencintai, dengan begitu saya bisa yakin kalau saya
masih berfungsi dengan baik sebagai seorang manusia.". Dan jawaban saya
ini kemudian memutus rantai percakapan. End of discussion.
Beberapa waktu lewat setelah
pertanyaan ini diajukan teman saya. Waktu mengantarkan saya pada momen
dimana jawaban saya di atas diuji. Ketika seseorang yang saya sayangi
ternyata tidak menyayangi saya sedalam yang saya kira, dan ketika untuk
bertahan berarti untuk menyakiti diri sendiri, rasionalisasi pun
terpkasa dilakukan. Saya memutuskan untuk berhenti mencintai dia. Bukan
karena keberadaan orang lain, tapi lebih karena saya sadar keadaan sudah
berubah menjadi terlalu buruk Dan terutama karena saya sadar,
dibutuhkan dua orang untuk menjalani sebuah hubungan. Ketika satu sudah
tidak lagi memiliki perasaan yang dibutuhkan untuk bertahan, apa lagi
yang bisa dilakukan? It takes two to tango, one says.
Itu adalah pemikiran saya satu bulan yang lalu. Baru-baru ini saya menemukan satu lagi alasan untuk tidak bertahan : Mencintai saja tidak cukup.
Untuk mencintai memang merupakan pertanda kalau kita adalah manusia
dengan hati yang berfungsi normal, tapi untuk dicintai adalah kebutuhan
dasar. Kesadaran ini datang bersama seseorang dengan sinar matahari di
sekujur tubuhnya.
Seseorang ini, yang saya sebut
matahari, datang (kembali) di waktu yang tidak pernah saya duga. Dimulai
dengan kekaguman, kemudian perlahan berubah menjadi rasa sayang. Saya
kembali merasakan hangat perlahan merayap, merajalela ke dalam otak dan
pikiran. Awalnya saya sudah cukup bahagia hanya dengan melimpahkan
perasaan yang meluap, dan saya cukup puas dengan kemampuan saya untuk
kembali mencintai seseorang setelah apa yang saya alami sebelumnya.
Tapi, ketika tangannya menyentuh tangan saya, ada sesuatu yang runtuh di
dalam. Satui-persatu tembok pertahanan saya jebol dan membiarkan saya
merasa begitu rapuh dan begitu ingin dilindungi. Disinilah saya
merasakan kebutuhan yang sangat untuk dicintai.
Pada akhirnya saya sadar, untuk
menjadi manusia yang seutuhnya, mencintai saja tidak cukup. Saya harus
dicintai. Saya harus dihargai dan dijaga sebagaimana saya melakukan hal
serupa terhadap orang lain. Semua karena saya punya hati yang, sama
seperti tanaman yang butuh air dan pupuk untuk tumbuh dan hidup, butuh
kasih sayang dan perhatian agar tidak redup. Karena ketika hati redup,
bisakah saya terus mencintai?
Kuncinya keseimbangan. Harmoni,
ujar pria matahari. Dibutuhkan proporsi yang seimbang antara apa yang
kita bagikan dan dapatkan baru dengan begitu siklus tidak akan terputus.
Bahkan pun sungai membutuhkan curah hujan untuk terus mengalir, begitu
pula dengan hati.
Maka jika seseorang kembali
menanyakan hal yang serupa, saya akan menjawab, "Saya tidak memilih.
Karena dua hal tersebut bukan untuk dipilih. Mereka adalah satu
kesatuan."
Semoga bisa dimengerti artinya yah, . . .
God Bless Us
Tidak ada komentar:
Posting Komentar