Touch My Heart, . . ..
Please Do it Honey. . . .
Hatiku berkata
demikian…
Malam ini, aku merindukan setiap inci luka yang telah dirajutnya dalam
hatiku, terkadang ilalang kecil mengatakan
kebodohanku yang teramat sangat bodoh telah terlalu mencintainya tanpa pernah
aku bertamnya atau mencari tahu seberapa besar cinta itu terbalas. Hidupku hampa tanpanya, sehingga ku merasakan
hidup tanpa harapan, harapan yang dulu pernah lenyap bersama
sirnanya dirinya untukku, dan mencintainya.
Saat aku kambali
menelisik jiwa naluriku, aku selalu berfikir untuk kembali
menggapainya dan tetap berada dalam bayangan tubuhnya. Semua hal yang kusuka bahkan hal yang tak ku suka semua
kulakukan namun semua sia-sia bahkan yang sangat menakjubkkan adalah aku mendapatkan sakit dari
cintaku sendiri….”APAKAH KAMU TAHU ITU?” kurasa “TIDAK”
Aku masih teramat
sangat menginginkannya hingga kini dan sampai waktu yang aku sendiri juga tak
tahu…nanti…besok…lusa…atau selamanya. Aku ingin dia tahu
bahwa aku masih sangat mencintainya. tak akan tergambarkan . Terimajinasikan. Sampai saat inipun aku akan
membuktikan itu semua, tapi aku tak tahu caranya lagi…bertumpuk bukti tak nyata bagimu dan tak akan pernah cukup untuk memuaskan keinginanmu mengetahuiku. Aku menggilaimu lebih dari apapun.
Dia hanya menganggapku
sebagai musim yang bisa berganti bila waktunya tiba. Musim….aku iri padamu, karena dengan mudahnya
musim bisa berganti, aku ingin cintaku padanya juga bisa berganti dengan cepat setelah dia menghempasku berulangkali
sehingga aku lepas dari dan aku bisa menerima cinta cinta lain yang ditawarkan
padaku. Aku sudah berusaha untuk itu, tapi sia-sia saja. Tak bisa kompromi, hatiku masih saja menimang-nimang namanya dan meninabobokkan
namanya agar abadi dalam hatiku. Sekali lagi aku menyerah untuk kesekian kali
dan untuk kesekian waktu yang memuakkan.
RODA kisahku :
Aku lelah menggapai
cintanya dari masa lalunya…tapi aku juga lelah berusaha melupakannya, parahnya aku semakin lelah seperti ini diombang-ambing dalam
dilema cintanya. Memohonku padanya, mengemispun kulakukan demi kesempatan, satu kesempatan berarti bagiku untuk jadi satu-satunya tanpa
ada pambagian yang menjijikkan, aku tak dapatkan. Maka kucari jalan lain yang
bisa merampas perlahan, dia keras bagai batu, maka jika kau menjelma menyerupai batu maka kami berdua akan
pecah bersama…
Namun lain halnya jika aku menjadi tetesan air hujan yang selalu menetesinya dengan kesejukkan cintaku…semakin
kuat dan lama tetesan itu batu akan pecah dengan halus. Ya…dengan aku merelakan pembagian cinta yang jelas menurutku
tidak adil sampai kapanpun, semua kucurahkan melebihi apa yang dia dapat
dari yang lain.
Satu pelajaran berharga
membuat sudut pandangku berubah…”TIDAK SETIAP ORANG KETIGA ITU
BERSALAH” mudah saja orang mencibir dan menghujat semua orang
ketiga, dan aku adalah orang pertama yang tidak
terima, adanya orang ketiga adalah undangan dari
mereka sendiri…bahkan sebenarnya kami adalah korban…dimana kami selalu
terbayang-bayangi masa lalu merangkap sebagai bayangan orang lain. Tak jarang raga bersama kita tapi halusinasinya menerawang
bebas mencari keunggulan, tak jauh beda dengan adu ayam…siapa yang
bermain lihai dia disayang…tapi aku manusia…aku mau cukup ada 2 cinta,tak ada
pararel dalam cinta…hanya ada 1 laki-laki dan 1 perempuan…
Aku muak padanya, dengan mudah mengusik jiwaku yang sedang di pelukan kasih
abadi dalam dunia fatamorgana ciptaanku, bukankah dia hanya
sebuah mimpi burukku. Rasa benci yang kutahan meluap juga, kebencian itu mengalir seiring aku tahu bahwa dia hanya
seorang penipu cinta yang hanya ingin merasakan permainan cinta, terlalu bermimpi jika aku terlalu menginginkannya untuk
kumiliki seutuhnya. Dia akan melepaskan tawa hinanya, karena mungkin aku terlalu jalang untuknya.
Lalu apa yang kulakukan
kemudian ha….??? Apa aku harus berkutat
dengan tangisku dengan kenangan masa lalunya? Bagai sekeping piringan hitam kuputar demi mendengar senandung
kisahnya yang dengan lantang dia ceritakan tanpa berkaca pada air mataku. Untaian pertanyaan kulemparkan padanya saat
dia berada dalam dua hati. ”Jika kamu berada dalam
tengah samudera dengan membawa 1
perahu kecil yang hanya cukup 2 orang, sedangkan saat itu, aku
dan cintamu yang lain tengah berteriak meminta tolong hampir tergulung ombak, maka
siapa yang akan kamu selamatkan?”
Dan dia hanya diam dan
tidak menjawabnya…
Untukmu Sang Bintang
Bandar Lampung, 17 jULI 2013
Pukul 02.34 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar