Hey jumpa lagi nih sama Arwen Whendie disini, . . . . .
Lagi pada nyimak kan?
Yukzz dilanjut, . . .
Jaman sekarang adalah jaman dimana semua manusia tidak bisa membedakan antara "eksistensi dan esensi".
Manusia selalu memikirkan hanya eksistensi saja tanpa mengenal yang namanya esensi.
Pada semua makhluk kecuali Tuhan,
kedua hal tersebut (esensi dan eksistensi) diperlukan agar individu benar-benar
merasa ada.
Masing-masing makhluk berbeda satu sama lain, perbedaan itu nyata
dan bukan hanya sekedar logika. Manusia terbentuk atas esensi dan eksistensi. Esensi
adalah arti hidup manusia, maka termasuk didalamnya tujuan dan proses hidupnya.
Eksistensi adalah keberadaan manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungan
serta norma sekitar. Eksistensi juga dapat diartikan cara berada di dunia. Cara
berada manusia berbeda dengan cara berada makhluk lain di dunia. Ada sebuah
aliran dalam ilmu filsafat yang memandang semua gejala yang terjadi berasal
dari sebuah eksistensi yang disebut eksistensialisme. Eksistensialisme
berpandangan bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi. Manusia dapat
menentukan dirinya sendiri dengan pandangan mereka sendiri, sedangkan
benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang tidak dapat
dielakkan. Esensi adalah masalah, sedangkan eksistensi adalah kesepakatan.
Permasalahannya adalah, manusia tidak pernah berpikir positif mengenai kata "EKSISTENSI"
Kita hanya selalu memikirkan bahwa eksistensi adalah orang-orang yang hanya mengejar terkenal dan ingin disanjung. Selain itu selalu berpikir bahwa eksistensi adalah hal yang buruk.
Apakah kita pernah mendalami apa yang dimaksud dengan eksistensi ??
TIDAK. Kita SAMA. Kita sama-sama kurang mendalami hal tersebut, namun SOK TAHU dengan hal itu.
Sama dengan pepatah mengatakan : "TONG KOSONG NYARING BUNYINYA"
Kita banyak bicara namun tidak tahu artinya. SAMA KAN ??
Daripada berpikir seperti itu, mending kita sama-sama mempelajari cara berpikir orang yang membuat sebuah kata-kata untuk Rokok Class Mild "TALK LESS DO MORE".
Sekarang gini aja, kita saling jujur aja, bener kan apa yang saya katakan ??
Ketika manusia dilahirkan, ia tidak
membawa apa-apa yang bisa dibanggakan dan manusia juga terlahir tidak berdaya.
Namun manusia dibekali dengan akal pikiran yang mereka gunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya dan bahkan mereka gunakan untuk menguasai dunia. Terkadang
manusia hanya memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhannya, hanya memikirkan
eksistensinya dan berusaha mempertahankan eksistensinya tersebut yang kemudian
mengakibatkan mereka lupa dengan esensi diri mereka sendiri. Seharusnya mereka
menyadari bahwa hidup yang dijalani tidak hanya berusaha mempertahankan
eksistensi mereka, namun lebih dari itu manusia juga harus dapat mengetahui
esensi diri mereka. Cara seseorang untuk mencari esensi diri mereka
berbeda-beda, hal ini disebabkan latar belakang pengetahuan dan kehidupan yang
berbeda.
Mengapa
pada akhirnya mereka hanya akan berusaha mempertahankan eksistensinya saja
tanpa menemukan esensinya? Karena dalam proses mememukan esensi dirinya, mereka
hanya menggunakan panca indra dan akal pikiran saja. Sebenarnya dalam menemukan
esensi manusia jika kita berpikir dengan akal sehat, dapat diwakili dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menghantarkan kita untuk menemukan essensi manusia
yang seutuhnya, yaitu :
1. Siapa aku ini ?
2. Darimana aku ini ?
3. Sedang dimana dan mau apa aku ini ?
4. Tujuan dan akhir hidup aku ini apa ?
2. Darimana aku ini ?
3. Sedang dimana dan mau apa aku ini ?
4. Tujuan dan akhir hidup aku ini apa ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar