28 September 2014
Menunggu pagi. Akankah hujan masih terasa sama, miris diantara
gerimis. Aku tak bisa mengabaikan keresahanku karena terbangun memimpikanmu.
Sesaat, masa dapat terhapus. Akan tetapi kenangan begitu kuat tergambar di
setiap malamku. Kemana harus kupergi jauh melangkahkan kaki, sedang jejak
bayangmu masih tercetak jelas di sepanjang jalan. Menantikan pagi, yang habis
perlahan bersama sisa keresahan. Aku hanya bisa bercumbu dengan bibir cangkir
segelas kopi.
Membayangkanmu, menikmati kehangatan yang tak bisa terulang.
Seteguk, lalu habis. Tak ada malam-malam bersamamu merindukan pagi yang datang
terlambat sebelum kau terlelap. Aku ingin bukan sekadar kenangan, aku ingin
bersamamu menunggu pagi, terulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar