Senin, 22 September 2014

30 September 2011 - 22 September 2014



22 September 2014
Malam wahai kamu yang tak pernah lepas dalam benak hatiku, . . .
Apa kabar? Sedang apa? Dimana? Dengan siapa? Ngapain?
Pertanyaan yang takkan pernah dijawab olehmu sedikitpun. Kamu mengubur semua yang telah pernah terjadi. Kamu melupakan semua yang telah kita lalui dengan segala semangatmu.
Mungkin, . . .

Hari ini biasa kulalui, . .
Kuliah kuliah dan kuliah tanpa semangat. . .
Hari ini pun aku sudah melihatmu beberapa kali.
Di depan kampus, di tangga atas, di tangga bawah dan di parkiran motor. Sempat kuingin menyapamu namun ragu dan tak bisa kulakukan.
Entah kenapa itu selalu terjadi. Termasuk dirimu yang tak pernah mau melihatku sedikitpun. Padahal aku ada, . . .dan seperti tak ada dalam bayangmu, . . . sama sekali.

Tak bisakah kita seperti dahulu? Bercanda bersama? Lalui hari-hari seperti biasa?
Apakah kamu tak mendengarku saat aku berbicara padamu?
Apakah kamu memang sengaja mengabaikanku?
Apakah aku tak pantas bersahabat dengan masa-masamu?
Apakah dan apakah??

Sungguh aku merasa tak sadarkan diri. Aku merasa hidup di dalam mimpi. Tak sama dengan sebuah kenyataan. Kenyataan yang sebenarnya tak ingin aku rasakan seperti biasanya.
Aku mendapati dirimu semakin cuek, semakin kurus, dan yang jelas semakin jauh.
Entah kenapa aku selalu memperhatikanmu tanpa disadari.
Sudah terbiasa, . . .

Sampai saat ini, . . . .
Terluka kah?
Seperti yang kamu pernah katakan “aku tak apa”, . . .
Terkadang kesepian selalu menyelimuti karena segalanya berubah.
Kenapa kamu mengambil hatiku saat itu?
Hati yang saat ini tengah terpana melihatmu, mengikutimu, dan merasakanmu.
Seperti hati yang berdahaga, hati yang lapar karena kasihmu.
Apapun yang kamu lakukan saat ini bukan membuatku terbiasa dengan perlakuanmu, namun membuatku semakin merasakan bahwa aku membutuhkan hatimu, hati yang pernah aku ketahui dan pernah berusaha aku dalami sedalam lautan.

Tak mudah, . . .jika kamu tahu itu.
Memang benar jika sebuah cinta butuh perjuangan. Namun jika dipikirkan, perjuanganku memang tak sejauh orang lain. Hanya kamu yang tahu. Orang lain tidak.
Orang lain hanya bisa menilai kita dari luar tanpa mengetahui sebenarnya yang di dalam seperti apa sehingga membuat sejumlah spekulasi yang sebenarnya SALAH dan tidak benar-benar mereka ketahui.

Masih ingatkah dengan “3 sisi” ?
Itulah yang aku maksud.
Aku, kamu, dan orang lain dengan banyaknya persepsi dan spekulasi pernyataan.
Kenapa sih harus terjadi? Kenapa harus terkubur dalam sekejap? Semudah itukah?

Yang aku tahu hanyalah bahwa kamu ingin menjauh dan pergi dariku. Itu saja.
Pernahkah aku mengatakan padamu “jangan mudah mengambil keputusan tanpa perhitungan dalam dan matang” ?

Jika memang kamu telah memutuskan seperti itu dan itu memang hanyalah keputusan yang tepat bagimu, tak masalah. Itu hak mu dalam bertindak dan takkan pernah ada orang yang bisa memutuskan kehendak orang lain. Namun aku hanya ingin sekali mengatakan satu hal yang mungkin kamu takkan pernah tahu dan takkan mau tahu.
 
“walau ada perih, aku tetap melewati itu sampai sekarang ini. Walaupun kenyataannya aku merasakan tak bisa berpaling dari rasa ini. Di sisa waktu yang ada, aku akan selalu berusaha yang terbaik bagimu, walaupun kita tak bersama, walaupun tak indah tanpamu dan tak pernah ada dalam bayangmu, aku menunggumu”.

Kesabaran adalah kunci yang menjaga kita untuk terus bertahan. Aku masih mampu
Untuk menemanimu tanpa disertai rasa menyerah, dan aku masih mampu untuk melindungimu walaupun hanya dalam doa. Takkan terkikis dan takkan terkikis.



Salam Sang penakluk dunia,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar