Rabu, 17 Juli 2013

"Touch My Heart" (Part 1)



Touch My Heart, . . ..
Please Do it Honey. . . .


Hatiku berkata demikian…

Malam ini, aku merindukan setiap inci luka yang telah dirajutnya dalam hatiku, terkadang ilalang kecil mengatakan kebodohanku yang teramat sangat bodoh telah terlalu mencintainya tanpa pernah aku bertamnya atau mencari tahu seberapa besar cinta itu terbalas. Hidupku hampa tanpanya, sehingga ku merasakan hidup tanpa harapan, harapan yang dulu pernah lenyap bersama sirnanya dirinya untukku, dan mencintainya.

Saat aku kambali menelisik jiwa naluriku, aku selalu berfikir untuk kembali menggapainya dan tetap berada dalam bayangan tubuhnya. Semua hal yang kusuka bahkan hal yang tak ku suka semua kulakukan namun semua sia-sia bahkan yang sangat menakjubkkan adalah aku mendapatkan sakit dari cintaku sendiri….”APAKAH KAMU TAHU ITU?” kurasa “TIDAK”

Aku masih teramat sangat menginginkannya hingga kini dan sampai waktu yang aku sendiri juga tak tahu…nanti…besok…lusa…atau selamanya. Aku ingin dia tahu bahwa aku masih sangat mencintainya. tak akan tergambarkan . Terimajinasikan. Sampai saat inipun aku akan membuktikan itu semua, tapi aku tak tahu caranya lagi…bertumpuk bukti tak nyata bagimu dan tak akan pernah cukup untuk memuaskan keinginanmu mengetahuiku. Aku menggilaimu lebih dari apapun.

Dia hanya menganggapku sebagai musim yang bisa berganti bila waktunya tiba. Musim….aku iri padamu, karena dengan mudahnya musim bisa berganti, aku ingin cintaku padanya juga bisa berganti dengan cepat setelah dia menghempasku berulangkali sehingga aku lepas dari dan aku bisa menerima cinta cinta lain yang ditawarkan padaku. Aku sudah berusaha untuk itu, tapi sia-sia saja. Tak bisa kompromi, hatiku masih saja menimang-nimang namanya dan meninabobokkan namanya agar abadi dalam hatiku. Sekali lagi aku menyerah untuk kesekian kali dan untuk kesekian waktu yang memuakkan.

RODA kisahku :

Aku lelah menggapai cintanya dari masa lalunya…tapi aku juga lelah berusaha melupakannya, parahnya aku semakin lelah seperti ini diombang-ambing dalam dilema cintanya. Memohonku padanya, mengemispun kulakukan demi kesempatan, satu kesempatan berarti bagiku untuk jadi satu-satunya tanpa ada pambagian yang menjijikkan, aku tak dapatkan. Maka kucari jalan lain yang bisa merampas perlahan, dia keras bagai batu, maka jika kau menjelma menyerupai batu maka kami berdua akan pecah bersama…

Namun lain halnya jika aku menjadi tetesan air hujan yang selalu menetesinya dengan kesejukkan cintaku…semakin kuat dan lama tetesan itu batu akan pecah dengan halus. Ya…dengan aku merelakan pembagian cinta yang jelas menurutku tidak adil sampai kapanpun, semua kucurahkan melebihi apa yang dia dapat dari yang lain. 

Satu pelajaran berharga membuat sudut pandangku berubah…”TIDAK SETIAP ORANG KETIGA ITU BERSALAH” mudah saja orang mencibir dan menghujat semua orang ketiga, dan aku adalah orang pertama yang tidak terima, adanya orang ketiga adalah undangan dari mereka sendiri…bahkan sebenarnya kami adalah korban…dimana kami selalu terbayang-bayangi masa lalu merangkap sebagai bayangan orang lain. Tak jarang raga bersama kita tapi halusinasinya menerawang bebas mencari keunggulan, tak jauh beda dengan adu ayam…siapa yang bermain lihai dia disayang…tapi aku manusia…aku mau cukup ada 2 cinta,tak ada pararel dalam cinta…hanya ada 1 laki-laki dan 1 perempuan…

Aku muak padanya, dengan mudah mengusik jiwaku yang sedang di pelukan kasih abadi dalam dunia fatamorgana ciptaanku, bukankah dia hanya sebuah mimpi burukku. Rasa benci yang kutahan meluap juga, kebencian itu mengalir seiring aku tahu bahwa dia hanya seorang penipu cinta yang hanya ingin merasakan permainan cinta, terlalu bermimpi jika aku terlalu menginginkannya untuk kumiliki seutuhnya. Dia akan melepaskan tawa hinanya, karena mungkin aku terlalu jalang untuknya.

Lalu apa yang kulakukan kemudian ha….??? Apa aku harus berkutat dengan tangisku dengan kenangan masa lalunya? Bagai sekeping piringan hitam kuputar demi mendengar senandung kisahnya yang dengan lantang dia ceritakan tanpa berkaca pada air mataku. Untaian pertanyaan kulemparkan padanya saat dia berada dalam dua hati. ”Jika kamu berada dalam tengah samudera dengan membawa 1 perahu kecil yang hanya cukup 2 orang, sedangkan saat itu, aku dan cintamu yang lain tengah berteriak meminta tolong hampir tergulung ombak, maka siapa yang akan kamu selamatkan?”  

Dan dia hanya diam dan tidak menjawabnya…

Itulah ketidakadilan…jika aku ada diposisinya, maka dengan mudah aku menjawab, “Jika perahu itu cukup untuk 2 orang, maka aku akan melompat dan kubiarkan kalian berdua naik dan menyelamatkan diri, biar aku yang mendekat pada kematian karena kalian ada di samudra mencekam ini karena aku.”




Untukmu Sang Bintang
Bandar Lampung, 17 jULI 2013
Pukul 02.34 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar