Senin, 10 Juni 2013

DICINTAI atau MENCINTAI ??

Pernah ada seorang teman bertanya seperti ini, "Kamu lebih memilih untuk dicintai atau mencintai?". Saya terdiam sesaat, merenung, dan kemudian dengan mantap menjawab, "Saya lebih memilih untuk mencintai, dengan begitu saya bisa yakin kalau saya masih berfungsi dengan baik sebagai seorang manusia.". Dan jawaban saya ini kemudian memutus rantai percakapan. End of discussion.

Beberapa waktu lewat setelah pertanyaan ini diajukan teman saya. Waktu mengantarkan saya pada momen dimana jawaban saya di atas diuji. Ketika seseorang yang saya sayangi ternyata tidak menyayangi saya sedalam yang saya kira, dan ketika untuk bertahan berarti untuk menyakiti diri sendiri, rasionalisasi pun terpkasa dilakukan. Saya memutuskan untuk berhenti mencintai dia. Bukan karena keberadaan orang lain, tapi lebih karena saya sadar keadaan sudah berubah menjadi terlalu buruk Dan terutama karena saya sadar, dibutuhkan dua orang untuk menjalani sebuah hubungan. Ketika satu sudah tidak lagi memiliki perasaan yang dibutuhkan untuk bertahan, apa lagi yang bisa dilakukan? It takes two to tango, one says.

Itu adalah pemikiran saya satu bulan yang lalu. Baru-baru ini saya menemukan satu lagi alasan untuk tidak bertahan : Mencintai saja tidak cukup. Untuk mencintai memang merupakan pertanda kalau kita adalah manusia dengan hati yang berfungsi normal, tapi untuk dicintai adalah kebutuhan dasar. Kesadaran ini datang bersama seseorang dengan sinar matahari di sekujur tubuhnya. 

Seseorang ini, yang saya sebut matahari, datang (kembali) di waktu yang tidak pernah saya duga. Dimulai dengan kekaguman, kemudian perlahan berubah menjadi rasa sayang. Saya kembali merasakan hangat perlahan merayap, merajalela ke dalam otak dan pikiran. Awalnya saya sudah cukup bahagia hanya dengan melimpahkan perasaan yang meluap, dan saya cukup puas dengan kemampuan saya untuk kembali mencintai seseorang setelah apa yang saya alami sebelumnya. Tapi, ketika tangannya menyentuh tangan saya, ada sesuatu yang runtuh di dalam. Satui-persatu tembok pertahanan saya jebol dan membiarkan saya merasa begitu rapuh dan begitu ingin dilindungi. Disinilah saya merasakan kebutuhan yang sangat untuk dicintai.

Pada akhirnya saya sadar, untuk menjadi manusia yang seutuhnya, mencintai saja tidak cukup. Saya harus dicintai. Saya harus dihargai dan dijaga sebagaimana saya melakukan hal serupa terhadap orang lain. Semua karena saya punya hati yang, sama seperti tanaman yang butuh air dan pupuk untuk tumbuh dan hidup, butuh kasih sayang dan perhatian agar tidak redup. Karena ketika hati redup, bisakah saya terus mencintai?

Kuncinya keseimbangan. Harmoni, ujar pria matahari. Dibutuhkan proporsi yang seimbang antara apa yang kita bagikan dan dapatkan baru dengan begitu siklus tidak akan terputus. Bahkan pun sungai membutuhkan curah hujan untuk terus mengalir, begitu pula dengan hati.

Maka jika seseorang kembali menanyakan hal yang serupa, saya akan menjawab, "Saya tidak memilih. Karena dua hal tersebut bukan untuk dipilih. Mereka adalah satu kesatuan."

Semoga bisa dimengerti artinya yah, . . .
God Bless Us

Tidak ada komentar:

Posting Komentar