Rabu, 03 April 2013

DIRIMU SAAT INI, BUKAN KAMU YANG KUKENAL

"Cumbulah kenangan dengan segala pembelajaran"
Sore yang rintik itu aku melepas bayanganmu yang perlahan hilang ditelan waktu. Buih putih berlomba saling mendahului mencumbu pasir pantai. Secepat hadir menjilat kedua kaki, seketika berlalu lagi. Di tengah gerimis hujan yang tersisa, aku terduduk pasrah. Tergugu. Air mata sudah larut bersama air hujan yang tadinya menderas. Aku masih berdiri mematung memandang laut lepas. Basah kuyup.

Gerimis masih berjatuhan di permukaan laut, meninggalkan riak-riak kecil yang saling beradu, melebur. Sebagian diantaranya melarutkan air mataku. Aku masih terpekur sendirian ditinggalkan bayangan tubuhku sendiri yang tak lagi kukenali. Hilang dalam kegelapan.

Kuhentak-hentakkan kakiku di atas pasir basah, meninggalkan bekas jejak tak beraturan yang secepat lalu lenyap oleh ombak. Entah apa yang membuatku tetap bertahan di tempat ini, aku sendiri juga tidak tahu. Yang aku tahu aku hanya ingin di sini. Meratapi kepergianmu hingga waktu yang entah.

Lautan semakin samar tak terlihat. Gerimis masih juga turun. Perlahan kubalikkan badanku menjauhi arah laut. Setapak demi setapak aku melangkah di hamparan pasir. Aku tertunduk menatap hati-hati setiap jengkal langkahku. Berharap bisa menemukan bekas tapak kakimu di sana. Nihil.

Aku menghela napas panjang lalu memutuskan untuk berlalu. Sepanjang langkahku di pasir itu hanyalah kenangan tentangmu.

Gerimis belum juga berhenti. Sekarang memang sedang musim hujan. Seharusnya kamu di sini bersamaku, bersama-sama kita menikmati gerimis dalam kenangan. Tapi hujan lebih dulu melarutkan kenangan itu dan bermuara di hatiku yang semakin sesak.

Seharusnya saat ini kamu adalah hangat dalam pelukanku. Bukan seperti ini. Aku sendirian memeluk gerimis. Sementara kamu, entah dengan siapa yang kamu peluk saat ini. Mungkin kenangan kita, tapi bisa jadi kamu sedang memeluk Adrian.

"Aakkk!"

Aku berteriak mengingat tentang kamu yang saat ini mungkin sedang menikmati malam bersama orang lain. Seharusnya aku bukan dia. Tapi kuakui, diamku adalah kebodohan terbesarku.

Aku kembali menapak pasir. Angin dingin tak lagi kupedulikan. Aku terus menjejak pelan.

Setapak demi setapak, sampailah aku di tepi. Kusandarkan tubuh lelahku pada sebatang pohon kelapa. Daun hijaunya bergerak perlahan melambai tertiup angin bersamaan butir air hujan yang membasahinya.
Ini adalah pertama kalinya aku terpuruk. Tak ada lagi matahari di langit wajahku. Kelam tersaput mendung utuh yang masih enggan berlalu. Mendung yang akhirnya pecah menjadi rintik-rintik kenangan.


kamu saat ini adalah wanita yang tidak aku kenal, bukan kamu yang 2th lalu. . . .


Bandar Lampung, 3 April 2013


Arwen Whendie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar